oke sebelumnya mari kita intip peta. Jakarta - Jepara:
source: Google map
Untuk sampai di Karimunjawa kita perlu menempuh jalan darat dulu ke dermaga di Jepara. kira-kira 12 jam perjalanan jika tidak ditambah-tambahi macet. Dari Dermaga Jepara ke Karimunjawa dengan kapal feri 6jam. itu normalnya.
Tapi................. yang gw akan cerita sekarang adalah bukan itinerary atau keindahan bawah laut karimunjawa yang sudah pasti tidak diragukan Indahnya.
Yang akan gw sharing adalah perjalan tidak biasa yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan dan pelajaran bagi siapapun yang hendak menyebrang ke Pulau Karimunjawa.
Dimulai dari ketinggalan kapal pagi yang berangkat jam 6 Pagi dan tidak keburu kejar kapal cepat yang berangkat terakhir jam 11 siang. Karena macet di perjalanan, kebetulan hari itu libur hari raya natal maka kita baru sampai di dermaga Pukul 1 siang. Yes. Pukul 1 siang. Kita tidak sediri ada sekitar 35 orang yang ketinggalan kapal juga. Setelah ngobrol-ngobrol dengan orang sekitar dan menunggu akhirnya kita setuju untuk menyewa kapal nelayan untuk menyebrang ke karimunjawa.
Beberapa orang berusaha membantu untuk mengurus perijinan ke pihak berwenang karena katanya menurut orang-orang di pelabuhan kapal tidak boleh sembarangan menyebrang harus ada perijinannya. Setelah urus kanan kiri dan mencari kapal nelayan yg mau akhirnya kita sepakat untuk patungan seorang Rp 300,000,-. Katanya yang Rp 200,000,- untuk sewa kapal nelayan dan Rp 100,000.- untuk urus surat ke pihak berwenang. Entah dalam bentuk apa dan cara apa kita tidak paham. Kita berfikir biaya yg dikeluarkan untuk sewa dengan biaya yg akan keluar untuk sewa penginapan akan sama saja jatuhnya dan jika ditunda sampai besok kita akan kehilangan trip snorkling satu hari. Sayang sekali.
Kapal nelayan sudah siap. 30 orang masuk duduk dan berjejer di lantai kayu berseder pada jaring amis penangkap ikan. Kapal yang tanpa atap itu mengangkut kita semua untuk berlayar menyebrangi laut menuju Karimunjawa. Adzan Maghrib berkumandang. Ya, waktu menunjukkan pukul 6 Sore. Yang ada dipikiran kita semua adalah perjalanan 3 jam layaknya menyebrang dengan kapal cepat.
Kapal nelayan melaju, semua siap dengan gelapnya malam dan kencangnya angin. Sekitar setengah jam berlalu langit mulai gelap angin kencang dan gerimis. Terpal pada kapal mulai di buka ya tapi tetap saja tidak bisa menahan hujan yg lumayan deras. Semua orang basah. setelah sekitar jam 8 malam kita semua masih terombang ambing di laut. Hujan sudah reda, langit terang bintang berserakan. Indah.
Selagi kita menatap langit terbuai dengan keindahan bintang tetap saja kecemasan datang sewaktu segumpalan awan hitam siap menerjang di depan. Mengerikan. Sekitar jam 9 malam hujan yg lebih deras menghantam angin sih ga terlalu kencang tapi semua orang mulai menggigil kedinginan dan mual. Untung saja ada teman yg beri obat anti mabuk yang sangat menolong sehingga mual hilang. Yang sekarang mulai dicemaskan yaitu hujan yg belum berhenti dan badan yg sudah mulai menggil karena kedinginan diselimuti baju yg basah kuyup.
Semua orang di kapal kecuali Kapten dan awak kapalnya mulai depresi, kedinginan, takut, cemas. kenapa belum juga ada daratan. Jam 10... jam 11... berlalu masih saja terombang ambing di lautan. Semua orang tamaknya mulai menyerah dan pasrah. dengan kondisi badan yg tidak karuan. Pucat Pasi Mual.
Akhirnya penderitaan itu berakhir pukul 12 tengah malam. kapal sampai di dermaga Karimunjawa. semua penumpang kelelahan.
Sesampainya di penginapan, penderitaan ternyata belum berakhir. semua isi tas basah kuyup. untung masih ada sisa baju yg kering walau sebagian basah. mau gimana lagi cuma bisa pasrah. :(
itu adalah perjalanan terburuk dan paling depresi selama gw ngetrip.
pesan moral dari cerita ini adalah JANGAN PERNAH NYEBRANG LAUT SEWAKTU HUJAN DAN MALAM-MALAM PAKE KAPAL NELAYAN! NEVER EVER!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar